BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah kata
yang sudah lazim digunakan dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya
kurikulum maka tidak akan ada acuan yang digunakan dalam proses belajar
mengajar. Akibatnya proses pembelajaran akan menjadi tidak terarah dan
tidak terkontrol, sehingga sulit untuk mengetahui apakah tujuan
diadakannya kegiatan belajar mengajar telah tercapai atau tidak. Istilah
kurikulum pertma kali digunakan pada dunia olahraga zaman Yunani kuno,
yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu kurikulum
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Namun,
dalam dunia pendidikan dewasa ini para ahli pendidikan memiliki
penafsiaran berbeda tentang kurikulum. Kurikulum diperuntukkan bagi anak
didik untuk dapat mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Sebuah kurikulum meliputi perencanaan pengalaman
belajar, serta perencanaan program pembelajaran demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan. Jadi, kurikulum tidak hanya menyangkut
perencanaan materi yang akan dipelajari, tetapi juga tentang tata cara
mengajarkan materi tersebut kepada para siswa. Intinya, kurikulum
merupakan sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang
harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan
siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi sebagai tolak
ukur pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang
dalam bentk nyata.
Tata cara pengembangan kurikulum adalah hal
terpenting yang harus dipahami oleh para pendidik. Pemahaman tentang
pengembangan kurikulum akan memudahkan para pendidik dalam memaksimalkan
proses belajar mengajar. Hal ini juga akan memudahkan dalam
mengevaluasi sistem pembelajaran yang digunakan, sehingga pendidik dapat
mengetahui apakah tujuan telah dicapai secara maksimal atau belum.
Karena berbagai pertimbangan diatas, maka "Pengembangan Kurikulum"
menjadi sesuatu yang sangat penting bagi para pendidik. Sebagai calon
pendidik, akan menjadi sebuah keputusan yang bijak untuk memahami
tentang "Pengembangan Kurikulum" sejak dini.
B. Tujuan
1. Memahami berbagai jenis pendekatan kurikulum.
2. Mamahami berbagai model pengembangan kurikulum
C. Manfaat
1. Menambah wawasan tentang dasar-dasar ilmu pendidikan.
2. Meningkatkan pemahaman para calon pendidik mengenai hakekat pengembangan kurikulum.
3. Membantu para calon pendidik dalam memahami tata cara pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata,
pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama
sekali baru (curiculum constraction), bisa juga menyempurnakan kurikulum
yang sudah ada (curiculum improvement). Selanjutnya, beliau juga
menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun
seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur
dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengjaran, sampai
dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curiculum).
Dilihat dari
cakupan pengembangannya apakah curiculum construction atau curiculum
improvement, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan
kurikulum. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Top Down
Pendekatan
Top Down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem
komando dari atas ke bawah. Dikatakan pendekatan Top Down, disebabkan
pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan
atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat)
pendidikan seperti dirjen atau kepala Kantor Wilayah. Selanjutnya dengan
menggunakan semacam garis komando, pengembangan kurikulum menetes ke
bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga
dinamakan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di
negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Dilihat
dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan baik
untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curiculum constraction)
ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (kurikulum
improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model
ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:
1. Langkah pertama, dimulai
dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim
biasanya terdiri dari pejabat yang ada di bawahnya, seperti para
pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa juga
ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah ini
adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan
rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
2. Langkah kedua,
adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Anggota kelompok
kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah
berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang
lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence
bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran, dan alat atau petunjuk
evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi
guru.
3. Langkah ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun
oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim
perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila
dianggap perlu, kurikulum itu di uji cobakan dan dievaluasi
kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator.
Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
4.
Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap
sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
Dari langkah-langkah pengembangan seperti yang telah dikemukakan di
atas, maka tampak jelas bahwa inisiatif penyempurnaan atau perubahan
kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat
yang berhubungan dengan pendidikan; sedangkan tugas guru hanya sebagai
pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan.
2. Pendekatan Grass Roots
Pada model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari
lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar
pada lingkungan yang lebih luas, makanya pengembangan kurikulum ini
disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena
sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curiculum improvemnt), walaupun dalam skala
yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru
(curiculum constraction).
Minimal ada dua syarat sebagai kondisi
yang memungkinkan pendekatan grass root dapat berlangsung. Pertama,
manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan
kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui
atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberakukan. Kurikulum yang
bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis
sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Kedua,
pendekatan grass root hanya mungkin terjadi jika guru memiliki sikap
professional yan tinggi disertai kemampuan yang memadai.
Ada
beberapa langkah penyempurnaan kurkulum yang dapat kita lakukan manakala
enggunakan pendekatan grass root ini. Langkah-lankah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menyadari adanya masalah. Pendekatan grass root
biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
Misalnya dirasakannya ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran,
atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kuangnya
motivasi belajar siswa, sehingga kita merasa tertanggu dan lain
sebagainya. Pemahaman dan ksadaran guru akan adanya suatu masalah
merupakan kunci dalam grass root. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak
mingkin grass roots dapat berlangsung.
2. Mengadakan refleksi. Kalau
kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari
penyebab muncunya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji
literature yang relevan. Misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil
penelitian yang relevan dengan masalah yan kita hadapi, atau mengkaji
sumber informasi lain. Misalnya melacak sumber-sumber dari internet,
atau melakukan diskusi dengan teman sejawat dan mengkaji sumber dari
lapangan.
3. Mngajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan
hasl kajian refleksi, selanjutnya uru memetakan berbagai kemungkinan
munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
4. Menentukan hipotesis
yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan
kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bias kita
laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya memilih kemungkinan yang dapat
dilakukan dan selanjutnya merncanakan apa ynag harus kita lakukan untuk
mengatasi masalah ersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan
berbagai kemungkinan yang akan muncul, misalnya berbagai hambatan yang
akan terjadi sehingga lebih dini kita akan dapat mengatasi
hambatan-hambatn tersebut.
5. Mengimplementasikan perencanaan dan
mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpechkan masalah yang
dihadapi. Alam proses pelaksaannya, Kita dapat berkolaborasi atau meinta
pendapat teman sejawat.
6. Membuat dan menyusun laporan hasil
pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Langkah ini sangat penting
untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga
memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada
gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.
B. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam
pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap
model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan
kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pendekatannya
maupun pengembangannya;
1. Model Tyler
Pengembangan kurikulum
model Tyler yang dapat ditemukan dalam buka classis yang sampai
sekarang banyak dijadikan rujukan pada proses pengembangan kurikulum.
Dalam model ini, ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan
kurikulum :
1. Menentukan tujuan
2. Menentukan pengalaman belajar
3. Mengorganisasi pengalaman belajar
4. Evaluasi
2. Model Taba
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model taba lebih
menitikberatkan pada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu
proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu dalam model ini
dikembangkan tahap-tahap yang harus dilakukan oleh para pengembang
kurikulum.
Ada 5 langkah pengembangan kurikulum model Taba:
1. Menghasilkan unit-unit percobaan
2. Menguji coba unit eksperimen untuk menentukan validitas dan
kelayakan penggunaannya
3. Merivisi dan mengonsolidasi unit eksperimen
4. Mengembangkan keseluruhan rangka kurikulum
5. Mengimplementasi kurikulum yang telah teruji
3. Model Oliva
Menurut olive suatu model kurikulum harus bersifat simpel,
komprensif, dan sistematik. Menurut olive model yang dikembangkan ini
dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Yang pertama untuk
menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khsus misalkan
penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu disekolah, baik dalam
tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya.
Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam
merancang program kurikulum. Ketiga model ini dapat digunakan dalam
program pembelajaran secara khusus.
4. Model Beauchamp
Model ini
dinamakan system Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan
oleh Bauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima
langkah dalam proses pengembangan kurikulum.
a. Menetapkan wilayah
atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu
bias terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau
mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.
b. Menetapkan
orang-orang yang akan terlibat dalam proses pngembangan kurikulum. Ia
menyarankan untuk melibatkan seluas-luasnya para tokoh di masyarakat.
Baik itu para ahli/ spesialis kurikulum, para ahli pendidikan serta para
professional dalam bidang lain.
c. Menetapkan prosedur yang akan
ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi.
Keseluruhan prosedur itu selanjutnya dapat dibagi dalam lima langkah:
1). Membentuk tim pengembang kurikulum
2). Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan
3). Melakukan studi atau penjajakan tentang penentuan kurikulum baru
4). Merumuskan kriteria dan alternative pengembang kurikulum
5). Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki
d.
Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang
berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung
terhadap efektivitas penggunaan kurikulum.
e. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut:
1). Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
2). Evaluasi terhadap desain kurikulum
3). Evaluasi keberhasilan amak didik
4). Evaluasi system kurikulum
5. Model Wheeler
Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag
membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima
fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara
sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat
menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum
terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai
dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Deikian proses
pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni:
a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
b.
Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengelaman belajar
d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar
e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan
6. Model Nicholls
Dalam
bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard
Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri
atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model
pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti
model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum
baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.Ada lima
langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a. Analisis sesuatu
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi
7. Model Dynamic Skilbeck
Menurut
Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,b
adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased
Curriculum Development) Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan
untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka
setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang
dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian.
Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat
dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah.
Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai
berikut:
a. Menganalisis sesuatu
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyususn program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pendekatan pengembangan kurikulum ada 2 jenis, yaitu Pendekatan Top
Down sebagai pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan
Pendekatan Grass-Root sebagai inisiatif pengembangan kurikulum yang
dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator,
kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, atau disebut juga
pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
2. Model-model pengembangan kurikulum meliputi:
a. Model Tyler,
b. Model taba
c. Model Oliva
d. Model beauchamp
e. Model Wheeler
f. Model Nicholls
g. Model dynamic skilbeck
B. Saran
` Dengan adanya m,akalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan
para calon pendidik tentang pendekatan dan model pengembangan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
http://www.scribd.com/doc/32248702/Prinsip-Pengembangan-Kurikulum-Endick
CHAPTER I
INTRODUCTION
A. Background
The
curriculum is a word that is commonly used in education. Without the
curriculum will not be any reference that is used in teaching and
learning. As a result, the learning process will be unfocused and
uncontrolled, making it difficult to know whether the purpose of the
teaching and learning activities have been achieved or not. The term
curriculum is used pertma time in the world of sports ancient Greece,
which comes from the word curir and curere. At that time the curriculum
is defined as the distance that must be taken by a runner. However, in
today's education world education experts have penafsiaran differently
about the curriculum. The curriculum is for students to be able to
develop learners in accordance with the objectives to be achieved. A
curriculum includes planning learning experiences, and planning of
learning programs to achieve those objectives. So, not only about
planning curriculum materials that will be studied, but also regarding
the procedure of teaching material to students. In essence, the
curriculum is a planning document that contains the goals to be
achieved, the content materials and learning experiences that must be
students, strategies, and how that can be developed, evaluated as a
benchmark of achievement goals, and implementation of a document
designed in real form.
The procedure for curriculum development is
the most important thing that must be understood by educators. An
understanding of curriculum development will allow the educators in
maximizing the learning process. This will also facilitate in evaluating
the learning system is used, so that educators can find out whether the
objectives have been achieved maximal or not. Due to various
considerations above, the "Curriculum Development" becomes something
very important for educators. As a prospective educator, will be a wise
decision to understand about the "Curriculum Development" early on.
B. Purpose
1. Understanding the various types of curriculum approaches.
2. Understanding the various models of curriculum development
C. Benefits
1. Adding insight into the fundamentals of science education.
2. Improve understanding of the prospective educators about the nature of curriculum development.
3. Help prospective educators in the ways of curriculum development.
CHAPTER II
DISCUSSION
A. Curriculum Development Approach
The
approach can be interpreted as a point of departure or point of view of
a person against a particular process. Curriculum development approach
refers to the point of departure or point of view in general about the
process of curriculum development refers to the point of departure or
point of view in general about the process of curriculum development.
Curriculum development has a wide meaning. According sukmadinata,
curriculum development could mean the preparation of an entirely new
curriculum (curiculum constraction), can also improve the existing
curriculum (curiculum improvement). Furthermore, he also explained, on
the one hand, means preparing curriculum development throughout the
curriculum starting from the basics of curriculum, structure and
distribution of subjects, the outlines of the program pengjaran, until
the implementation of these guidelines (macro curiculum).
Viewed
from the scope of its development if construction or curiculum curiculum
improvement, there are two approaches that can be applied in curriculum
development. The approach is as follows:
1. Top Down Approach
Approach
Top Down or administrative approaches, namely the approach with a
system of command from top to bottom. It said the Top Down approach, due
to curriculum development emerged at the initiative of education
officials or the administrators or the policy holders (acting) director
general or head of education such as the Regional Office. Furthermore,
by using such a command line, curriculum development trickled down.
Therefore, starting from the top of that, this approach is also called
the line staff model. Usually this approach is widely used in countries
that have centralized education system.
Viewed from the scope of its
development, top down approach can be done either to formulate a
curriculum that is really new (curiculum constraction) or to improve
existing curricula (curriculum improvement). Work procedures or
processes of curriculum development of this model is roughly as follows:
1.
The first step, starting with the referring team formation by education
officials. Team members usually consist of officials in the bottom,
like the superintendent of education, curriculum experts, discipline
experts, and can also be added to the figures from the world of work.
Task of steering this team is to formulate basic concepts, the outlines
of policy, to prepare the formulation of philosophy, and general purpose
of education.
2. The second step, is to set up teams or working
groups to describe the policy or formulas that have been prepared by the
referring team. Members of the group was the curriculum experts,
discipline experts from universities, coupled with senior teachers are
considered to have experienced. The main task of this team is to
formulate objectives more operational than general goals, choose and
arrange the sequence of lessons, choose instructional strategies, and
evaluation tools or instructions, and to develop guidelines for the
implementation of curriculum for teachers.
3. The third step, if the
curriculum were compiled by a team or work group, then the results
submitted to the drafting team for review and given the records or
revised. If deemed necessary, the curriculum was tested and evaluated on
its feasibility, by a team appointed by the administrator. The trial
results were used as material improvements.
4. Fourth, the administrators then ordered to each school to implement a curriculum that has been arranged it.
From
the development steps as mentioned above, it seems clear that
improvement initiative or curriculum changes initiated by curriculum
policy holder, or officials related to education, while teachers' duties
only as the executor of the curriculum that has been determined by
policy holders.
2. Grass Roots Approach
At the grass roots
model, curriculum development initiative started from the ground or from
the teachers as an implementer, and then spread to a wider audience,
hence the development of this curriculum is also called curriculum
development from bottom to top. Because it is so, then this approach is
more widely used in the improvement of the curriculum (curiculum
improvemnt), although on a limited scale may also be used in the
development of new curriculum (curiculum constraction).
At least two
terms as a condition which allows the grass roots approach to progress.
First, when the curriculum actually is flexible so as to provide the
opportunity for every teacher more openly to update or refine the
curriculum is being diberakukan. The curriculum is rigid, which only
contains instructions and technical requirements are very difficult to
do development with this approach. Second, grass roots approach is only
possible if the teacher has a professional attitude with a high yan
sufficient capability.
There are several steps curiculum improvements that we can do when use this grass roots approach. Those steps are as follows:
1.
Aware of the problem. Grassroot approach usually starts from the
anxieties of teachers about the curriculum and regulations. For example,
she felt incompatibility use of learning strategies, or evaluation
activities as expected, or problems kuangnya student motivation, so we
feel tertanggu and so forth. Understanding and ksadaran teachers there
will be a key issue in the grass root. Without the awareness of the
problem is not mingkin grass roots can take place.
2. Organizing
reflection. If we felt there was a problem, we then we tried to find the
cause of the existence of the problem. Reflection is done by reviewing
the relevant literature. For example, by reading books, research
journals relevant to the problems we face yan, or examine other sources
of information. For example, to track the sources of the Internet, or
conduct discussions with colleagues and assess the sources of the field.
3.
Ask for a hypothesis or answer a while. Based on the result studies
reflection, then make the map of the possibilities of the problem and
how to overcome it.
4. Determining the most likely hypothesis is that
close and can be done in accordance with the situation and condition of
the field. There's no way we carry out a variety of possible bias. In
this step we only choose the possibilities that can be done and further
which plan what we must do to overcome the problem. Besides, we also can
take into account the various possibilities that will arise, for
example, various obstacles that would happen so early we will be able to
overcome these problem.
5. Implement plan and evaluate on an ongoing
basis until problems are solved. Natural process, we can collaborate or
ask for the opinion of our colleague.
6. Create and prepare reports
on the results of the implementation of development through grass roots.
This step is very important to do as the publication and dissemination
of materials, allowing to be used and applied by others which in turn is
the result of the development can be spread.
B. CURRICULUM DEVELOPMENT MODELS
In
developing the curriculum there are several models that can be used.
Each model has a certain particularity nice views of the breadth of its
curriculum development itself and the views of the stages of its
approach and its development;
1. Model Tyler
Tyler's curriculum
development model that can be found in open classis that until now much
used as a reference to the process of curriculum development. In this
model, there are 4 things that are considered fundamental to develop the
curriculum:
1. Determining goals
2. Determining the learning experience
3. Organizing learning experiences
4. Evaluation
2. Taba Model
Unlike
the model developed by Tyler, Taba model is more focused on how to
develop the curriculum as a process of improvement and refinement.
Therefore in this model developed stages that must be done by the
developers of the curriculum. There are 5 steps Taba curriculum
development model:
1. Produce experimental units
2. Test the experimental unit to determine the validity and
feasibility of its use
3. Revise and consolidate the unit experiments
4. Develop the overall framework of the curriculum
5. Implement a curriculum that has been tested
3. Model Oliva
According
to the olive of a model curriculum should be simple, komprensif, and
systematic. According to the olive model developed can be used in
several dimensions. The first is to improve the school curriculum in the
areas of improvement eg khsus certain subjects in school curricula,
both at the level of curriculum planning and in the learning process.
Second, this model can also be used to make decisions in designing the
program curriculum. All three models can be used in the learning program
in particular.
4. Beauchamp Model
This model is called the
Beauchamp system, because it was created and developed by Beauchamp a
curriculum expert. Beauchamp suggests there are five
Steps in the process of curriculum development:
a.
Define the area that will make changes to a curriculum. Areas that can
occur in only one school, one sub-district, district, or perhaps the
provincial level and the level of notional.
b. Assign people to be
involved in the process of curriculum development. Beauchamp suggested
to involve the broadest leaders in the community. The people who should
be involved is composed of the professional in curriculum specialists,
education experts including teachers who are considered experienced,
other professionals in the field of education (such as librarians,
laboratory, educational consultant, etc.), and professionals in other
fields along with community leaders (politicians, industrialists,
businessmen, etc.).
c. Establish procedures that will be pursued,
namely in terms of formulating common goals and specific objectives,
selecting content and learning experiences and establish evaluation. The
entire procedure can be further divided into five steps:
1) Establish a curriculum development
2) Conduct an assessment of the ongoing curriculum
3) Conduct or exploratory studies concerning the determination of the new curriculum
4) Formulate the criteria and the alternative curriculum development
5) Develop and write the desired of curriculum
d.
Implementation of the curriculum. At this stage needs to be carefully
various things that can affect either directly or indirectly on the use
of curriculum effectiveness, such as teachers' understanding about
curriculum, facilities or facilities that are available, school
management, and so forth.
e. Done involving curriculum evaluation:
1) Evaluation of implementation of the curriculum by teachers in school
2) Evaluation of curriculum design
3) Evaluate the success of their students
4) Evaluation of the curriculum system
5. Wheeler Model
According to Wheeler curriculum development is a
process which forms a circle. Curriculum development process occurs
continuously. Wheeler believes the curriculum development process
consists of five phases (stages). Each stage is a work that took place
in a systematic or consecutive. That is, we can not possibly complete
the second phase if the first phase have not been resolved. However,
when each phase is completed, we return to the initial stage. Similarly,
the curriculum development process take place without the tip. Wheeler
argues that curriculum development consists of five stages:
a.
Determining the general purpose and special. The general objective can
be a normative goals that contain philosophical goal (AIM) or practical
purposes (goals). While specific goals are goals that are specific and
observable (objective) that is easily measured the reach of goals
b. Determining the learning experience that may be performed by students to achieve the goals formulated in the first step.
c. Determining the content or learning materials in accordance with the learning experience.
d. Organize or unify the learning experience with the content or learning materials.
e. To evaluate each phase of development and achievement of goals.
6. Nicholls Model
In his book Developing a Curriculum: A Practical Guide
(1978), Howard Nicholls explained that the curriculum development
approach consists of the elements that make up the cycle curriculum.
Nicholls curriculum development model using the approach as a model
cycle Wheeler. Nicholls model is used if you want to develop a new
curriculum that resulted from the change sitiasi. According to Nicholls
there are five steps of curriculum development, namely:
a. Analysis of situation
b. Define specific objectives
c. Define and organize the content
d. Determining and organizing methods
e. Evaluation
7. Dynamic Skilbeck Model
According to Skilbeck, curriculum development model that
he calls Dynamic model, is a model of curriculum development at school
level (School Nased Curriculum Development). Skilbeck explains the model
is intended for every teacher who wants to develop a curriculum
appropriate to the needs of the school. For the development process goes
well, then any development including teachers need to understand the
five basic elements that starts from analyzing the situation until the
assessment. Skilbeck encourage curriculum development model that he set
up can be an alternative in the development curriculum school level.
According skilbeck curriculum development steps are:
a. Analyzing the situation
b. Formulate goal
c. Develop programs
d. Interpretation and implementation
e. Monitoring, feedback, assessment and reconstruction.
CHAPTER III
CLOSING
A. Conclusion
1.
Curriculum development approach there are 2 types, namely top down
approach as an approach with a system of command from top to bottom, and
the Grass-Root approach as a curriculum development initiative that
began from the field or from the teachers as an implementer, and then
spread to the wider environment, or also known as curriculum development
from bottom to top.
2. Models of curriculum development include:
a. Model Tyler
b. Taba Model
c. Model Oliva
d. Model Beauchamp
e. Wheeler model
f. Nicholls Model
g. Dynamic model skilbeck
B. Suggestion
`With
the m, his paper has, is expected to increase the knowledge of
prospective educators about approaches and models of curriculum
development.