FRASA


BAB II
PEMBAHASAN
1.      FRASA
Istilah frasa dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah kelompok kata. Menurut Cook, frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak berciri klausa. Sedangkan menurut Ramlan frasa yaitu satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak memiliki batas fungsi. Yang di maksud batas fungsi di sini adalah fungsi subjek dan predikat. Oleh karena itu, frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak bersifat predikatif.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa frasa adalah satuan fungsi gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Frasa di bedakan menjadi beberapa golongan yaitu :
1.      Atas dasar distribusi unsurnya dalam kalimat
a.       Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang ubsur pusatnya berdistribusi sama dengan frasa yang di bentuknya. Sebuah frasa dikatakan frasa endosentrik apabila kategori frasa yang bersangkutan sama dengan kategori frasa yang bersangkuatan sama dengan kategori unsur pusatnya.
Contoh : Karlina adalah mahasiswa teladan.
Atas dasar status unsur-unsur pembentuknya, frasa endosentrik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Ø  Frasa endosentrik koordintif
Frasa endosentrik koordinatif merupakan frasa yang unsur-unsur pembentuknya menunjukkan hubungan setara. Unsur-unsurnya itu biasanya dihubungkan dengan dan atau atau.
Contoh : persatuan dan kesatuan
hijau atau kuning
Ø   Frasa endosentrik atributif
Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang unsur-unsurnya tidak setara. Unsur frasa ini terdiri dari unsur ini terdiri dari unsur yang diterangkan (D) dan unsur yang menerangkan (M).
Contoh : sekolah penerbangan (D/M)
Ø  Frasa endosentrik apositif
Frasa endosentrik apositif adalah frasa yang unsur-unsurnya terdiri dari unsur pusat dan unsur aposisi.
Contoh : Indra, putra Bu Tari  (Indra merupakan  unsur pusat, sedangkan putra Bu Tari merupakan unsur aposisi).
b.      Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang unsur pusatnya tidak berdistribusi sama dengan frasa yang di bentuknya.
Contoh : Sutarto makan di kelas
Atas dasar status unsur-unsur pembentuknya, frasa eksosentrik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Ø  Frasa eksosentrik direktif
Frasa eksosentrik direktif yaitu yang salah satu unsurnya bertindak sebagai direktor dan unsur yang lainnya bertindak sebagai aksis.
Contoh : makan nasi goreng
Ø  Frasa eksosentrik konektif
Frasa eksosentrik konektif adalah frasa yang salah satu unsurnya bertindak sebagai konektor yang berfungsi sebagai penghubung antara yang unsur yang mengisi predikat dan unsur subjek.
Contoh : Irawan adalah guru teladan
2.      Atas dasar segi kelas kata
  1. Frasa benda
Frasa benda adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kata benda.
Contoh : sepatu hitam; kantor ayah; dua meja
  1. Frasa kerja
Frasa kerja adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kata kerja.
Contoh : akan mandi; belum tidur; cepat berdiri
  1. Frasa sifat
Frasa sifat adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh : sangat tinggi; paling pandai; nakal sekali
  1. Frasa bilangan
Frasa bilangan adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kata bilangan.
Contoh : semua orang; sangat banyak; tiga orang
  1. Frasa preposisional
Frasa preposisional adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kata depan.
Contoh : dari Gunung Kidul; dengan mobil; dari kami

2.      KLAUSA
Pada hakikatnya klausa itu juga merupakan kelompok kata (frasa), hanya saja salah satu unsur intinya berfungsi sebagai predikat. Cook mendefinisikan klausa adalah frasa yang mengandung satu unsur predikat. Definisi tersebut senada dengan Ramlan yang menjelaskan bahwa klausa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari subjek, predikat, objek. pelengkap, keterangan, atau tidak.
Klausa sebagai unsur kalimat memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat tunggal. Keadaan ini sering menjadikan orang beranggapan bahwa klausa sama dengan kalimat. Dengan adanya potensi klausa untuk menjadi kalimat, maka pola klausa pun sama dengan kalimat dasar.
Klausa dapat di klasifikasikan menjadi lima, antara lain:
1.      Berdasarkan kelengkapan unsur-unsur intinya
a.       Klausa lengkap
Klausa yang terdiri dari dua unsur yang masing-masing unsur berfungsi sebagai subjek dan predikat.
Contoh : dia akan mengajar
b.      Klausa tidak lengkap
Klausa tidak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsur yang berfungsi sebagai subjek.
Contoh : lima orang (sebagai jawaban atas pertanyaan anggota berapa?)
2.      Berdasarkan struktur internnya
a.       Klausa lengkap yang berstruktur runtut (subjek di depan predikat)
Contoh : orang itu sangat gemuk
b.      Klausa lengkap yang berstruktur inversi (subjek di belakang predikat)
Contoh : sangat gemuk orang itu
3.      Berdasarkan ada tidaknya kata negatif terhadap unsur yang menduduki fungsi predikat
a.       Klausa positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata negatif atau pengingkaran terhadap predikat.
Contoh : muka anak itu pucat sekali
b.      Klausa negatif
Klausa negatif adalah klausa yang mengandung kata negatif atau pengingkaran terhadap predikat.
Contoh : dia bukan anggota saya
4.      Berdasarkan kategori unsur yang menduduki fungsi predikat
a.       Klausa kerja (verbal)
Klausa kerja adalah frasa yang unsur pengisi fungsi predikatnya berkategori kerja (verbal).
Berdasarkan hubungan aktor-aksi, klausa di bedakan menjadi empat.
ü   Klausa kerja aktif
Klausa kerja aktif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai aktor dan predikatnya berperan tindakan aktif.
Contoh : Ia melunasi pajak
ü   Klausa kerja pasif
Klausa kerja pasif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita.
Contoh : suara anak itu terdengar
ü   Klausa kerja reflektif
Klausa kerja reflektif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku dan sekaligus berperan sebagai penderita
Contoh : ia mengasingkan diri
ü   Klausa kerja resiprokal
Klausa kerja resiprokal adalah klausa yang subjeknya melakukan tindakan yang berbalas-balasan.
Contoh : mereka saling memukul
b.      Klausa nonkerja (nonverbal)
Klausa nonkerja adalah klausa yang unsur pengisi predikatnya berkategori selain kerja. Dalam hal ini unsur pengisi predikatnya dapat berkategori benda, sifat, bilangan, atau preposisional.
Contoh : yang diberi orang itu sepeda (klausa benda)
udaranya sangat panas (klausa sifat)
anak buahnya banyak (klausa bilangan)
ia di rumah (klausa preposisional)
5.      Berdasarkan segi distribusi unsur-unsurnya
a.       Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang telah dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Artinya klausa tersebut tidak menjadi bagian dari yang lebih besar.
Contoh : Tantri bekerja di perusahaan
b.      Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Hal ini biasanya merupakan bagian dari konstruksi yang lebih besar.
Contoh : Karena datang terlambat, ...........

3.      KALIMAT
Secara tradisional biasnya kalimat di batasi sebagai suatu kumpulan kata yang mengandung pikiran atau pengertian yang lengkap. Kelengkapan pengertian tersebut ditandai oleh kehadiran subjek atau predikat dalam kalimat. Pengertian tersebut tidak tepat karena dalam sebuah kalimat tidak selalu subjek dan predikat harus hadir secara bersama-sama.
Bertitik tolak dari hal tersebut, muncullah pengertian kalimat yang dapat di kemukakan seperti berikut :
1.      Kalimat adalah bentuk gramatikal yang tidak menjadi bagian atau unsur dari gramatikal yang lebih besar.
2.      Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif telah dapat berdiri sendiri yang berpola intonasi akhir dan biasanya merupakan klausa.
3.      Kalimat adalah bagian ujaran yang di dahului dan diikuti kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
4.      Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibentuk oleh unsur dasar yang biasanya berupa klausa, partikel penghubung (jika ada) dan intonasi final.
5.      Kalimat adalah satuan gramatik yang di batasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Atas dasar beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal (ujaran) yang di batasi oleh kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang berupa intonasi selesai/final. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat itu secara relatif dapat berdiri sendiri dan bentuknya dapat berupa kata, frasa, klausa.
Berdasarkan batasan kalimat di atas, kalimat terdiri dari dua unsur penting, yaitu:
1.      Unsur Segmental
Unsur segmental dalam kalimat adalah unsur yang berupa satuan-satuan bahasa yang biasanya berbentuk kata, frasa, atau kalimat. Dalam bentuk tersebut otomatis harus terkandung makna, sehingga antara bentuk dan makna merupakan komposit yang tak dapat dipisahkan.
2.      Unsur suprasegmental (prosodi)
Unsur suprasegmental atau prosodi adalah unsur yang berupa gejala ucapan yang menonjol ketika bunyi-bunyi ujaran dihasilkan. Unsur suprasegmental itu biasanya berupa tekanan, nada, panjang pendek atau tempo, jeda, dan intonasi.
Kalimat dapat digolongkan menjadi bermacam-macam berdasarkan kriteria tertentu. Penggolongan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Berdasarkan kehadiran unsur pengisi predikat
a.       Kalimat berklausa
Kalimat berklausa adalah kalimat yang selain unsur intonasi, terdiri dari satuan gramatik yang berupa klausa.
Contoh: Ayahnya seorang pejuang (bertipe S / P)
b.      Kalimat tak berklausa
Kalimat tak berklausa adalah kalimat yang selain intonasi, tidak berupa klausa.
Contoh: Selamat pagi?
2.      Berdasarkan jumlah klausa yang membentuknya
a.       Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa.
Contoh: Prestasinya sangat memuaskan.
b.      Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kaliamt yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Contoh: Rumah itu bagus, tetapi halamannya tidak terpelihara.
3.      Berdasarkan tujuan sesuai dengan situasinya
a.       Kalimat berita
Kalimat berita adalah yang pada umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada pihak lain hingga diperoleh tanggapan yang berupa perhatian.
Contoh: Malam ini sepi sekali.
b.      Kalimat perintah
Kalimat perintah merupakan kaliamat yang mengaharapkan tanggapan (biasanya berupa tindakan) dari pihak lain.
Contoh : Silakan duduk di sini
c.       Kalimat tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu kepada pihak lain.
Contoh: Siapa yang menulis?
4.      Berdasarkan kategori unsur pengisi predikat
a.       Kalimat Verbal
Suatu kalimat dinyatakan sebagai kalimat verbal jika unsur pengisi predikat kalimat yang bersangkutan berkategori verba (kerja)
Contoh: Tugas akan diberikan lusa.
b.      Kalimat non verbal
Suatu kalimat dinyatakan sebagai nonverbal apabila unsur pengisi predikat berkategori selain verba. Unsur pengisi predikat ini bisa berupa benda, sifat bilangan, atau preposisional.
Contoh: Pekerjaannya baik sekali.
5.      Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi di dalamnya
a.       Kalimat positif
Kalimat positif adalah kalimat yang di dalamnya tidak terdapat unsur negasi.
Contoh : Pak Lurah mengunjungi desa kami.
b.      Kaliamt negatif
Kaliamt negatif adalah kalimat yang di dalamnya terdapat unsur negasi.
Contoh : Mereka bukan siswa sekolah kami.
6.      Berdasarkan struktur internalnya
a.       Kalimat sempurna (kalimat mayor)
Kalimat sempurna atau kalimat mayor adalah kalimat yang unsurnya minimal terdiri dari subjek dan predikat.
Contoh : Pak Tomo membelikan anaknya sepeda mini.
b.      Kalimat tidak sempurna (Kalimat minor)
Kalimat tidak sempurna atau kalimat minor adalah kalimat yang tidak mengandung unsur subjek dan predikat secara bersama-sama.
Contoh : Ke Bandung. (jawaban atas pertanyaan “Kamu mau pergi kemana?”)
7.      Berdasarkan struktur unsur klausa pokoknya
a.       Kaliamat yang berstruktur runtut
Suatu kalimat dikatakan berstruktur runtut apabila unsur pengisi subjek berposisi sebelum predikat.
Contoh : Akhirnya, para siswa berangkat pula
b.      Kalimat yang  berstruktur terbalik atau inversi
Suatu kalimat dikatakan berstruktur terbalik apabila unsur pengisi subjek berposisi sesudah predikat.
Contoh : Berangkatlah mereka dengan segera
8.      Berdasarkan sifat hubungan pelaku tindakan
a.       Kalimat aktif
Kalimat aktif merupakan salah satu bentuk kalimat verbal yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Kalimat ini pada umumnya ditandai oleh penggunaan kata kerja berimbuan me- dan ber- atau tanpa imbuhan.
Contoh : Dokter sedang memeriksa pasien.
b.      Kalimat pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat verbal yang subjeknya berperan sebagai penderita. Kalimat ini pada umumnya di tandai oleh penggunaan kata kerja berimbuhan di- dan ter-.
Contoh : Barang-barang elektronik itu telah diambil anaknya.
c.       Kalimat medial
Kalimat medial merupakan salah satu bentuk kalimat verbal yang subjeknya berperan sebagai pelaku sekaligus sebagai penderita.
Contoh : Aku menyesali nasibku sendiri.
d.      Kaliamt resipokal
Kalimat resipokal yaitu kalimat verbal yang menyatakan tindakan saling.
Contoh : Kita harus tolong-menolong dengan tetangga.
9.      Berdasarkan langsung tidaknya penuturan
a.       Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang mengandung kutipan langsung dari pernyataan orang pertama.
Contoh : Kata Susi, “Orang tuaku ke Jakarta”.
b.      Kalimat tidak langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang sudah merupakan peniruan atau pengulangan oleh orang lain.
Contoh : Susi mengatakan bahwa orang tuanya ke Jakarta.
10.  Berdasarkan pola dasar atau inti yang dimiliki sebuah kalimat
a.       Kalimat inti atau kalimat dasar
Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri dari unsur pokok yang masing-masing berfungsi sebagai subjek dan predikat. Fungsi subjek selalu diisi oleh kata atau frasa yang berkategori benda, sedangkan fungsi predikat dapat diisi oleh kata atau frasa yang berkategori benda, kerja, sifat, bilangan atau preposisional.
Contoh : Pak Gondo seorang guru
b.      Kalimat perubahan atau kalimat transformasi
Kalimat perubahan yaitu kalimat yang telah mengalami perubahan dari pola intinya.
Contoh : Seorang guru Pak Gondo itu.

kami di Facebook

Hari ini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons