REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Antariksa dan
Aeronautika Nasional (NASA) pada Selasa (24/1) mengatakan badai radiasi
matahari tidak membahayakan kehidupan manusia di bumi, demikian dikutip
dari laman NASA pada Kamis (26/1).
NASA menjelaskan semburan lidah api dari korona matahari (CME) telah bertabrakan dengan medan magnet bumi pada 24 Januari 2012. "Hal itu diperkirakan mencapai magnetosfer bumi --selaput magnetik yang menyelimuti bumi-- pada 24 Januari lalu," demikian pernyataan NASA.
Sejumlah peraga di Pusat Cuaca Antariksa Goddard milik NASA memperkirakan CME bergerak dengan kecepatan hampir 1400 mil per detik atau sekitar 2253 kilometer per detik.
"Masuknya partikel dari CME diperkuat oleh badai radiasi matahari sehingga dianggap sebagai yang terbesar sejak Oktober 2003," demikian pernyataan laman tersebut.
Menurut NASA Pusat Prakiraan Cuaca Antariksa, NOAA, telah mengkategorikannya sebagai badai 'besar' dengan level S3 (dimana tingkat S5 sebagai yang tertinggi).
"Badai radiasi matahari dapat mempengaruhi pengoperasian satelit dan penyiaran gelombang pendek radio," kata NASA yang menjelaskan hal itu tidak akan melukai manusia.
Tumbukan tersebut menyebabkan aurora dapat dilihat di langit yang tinggi dan NASA memperkirakan aurora juga bisa disaksikan di langit yang lebih rendah.
Matahari meledak pada 22 Januari 2012 dengan lidah api setinggi M8,7 --terdapat semburan lidah api dari korona yang mengarah ke bumi -- disertai letusan proton berenergi tinggi yang cepat dan dikenal sebagai peristiwa "partikel cahaya berenergi".
"Ledakan yang terbaru telah mengakibatkan badai radiasi matahari yang terkuat sejak September 2005," demikian menurut NASA yang mengutip NOAA.
NASA menjelaskan semburan lidah api dari korona matahari (CME) telah bertabrakan dengan medan magnet bumi pada 24 Januari 2012. "Hal itu diperkirakan mencapai magnetosfer bumi --selaput magnetik yang menyelimuti bumi-- pada 24 Januari lalu," demikian pernyataan NASA.
Sejumlah peraga di Pusat Cuaca Antariksa Goddard milik NASA memperkirakan CME bergerak dengan kecepatan hampir 1400 mil per detik atau sekitar 2253 kilometer per detik.
"Masuknya partikel dari CME diperkuat oleh badai radiasi matahari sehingga dianggap sebagai yang terbesar sejak Oktober 2003," demikian pernyataan laman tersebut.
Menurut NASA Pusat Prakiraan Cuaca Antariksa, NOAA, telah mengkategorikannya sebagai badai 'besar' dengan level S3 (dimana tingkat S5 sebagai yang tertinggi).
"Badai radiasi matahari dapat mempengaruhi pengoperasian satelit dan penyiaran gelombang pendek radio," kata NASA yang menjelaskan hal itu tidak akan melukai manusia.
Tumbukan tersebut menyebabkan aurora dapat dilihat di langit yang tinggi dan NASA memperkirakan aurora juga bisa disaksikan di langit yang lebih rendah.
Matahari meledak pada 22 Januari 2012 dengan lidah api setinggi M8,7 --terdapat semburan lidah api dari korona yang mengarah ke bumi -- disertai letusan proton berenergi tinggi yang cepat dan dikenal sebagai peristiwa "partikel cahaya berenergi".
"Ledakan yang terbaru telah mengakibatkan badai radiasi matahari yang terkuat sejak September 2005," demikian menurut NASA yang mengutip NOAA.
0 komentar:
Post a Comment